Saturday 25 July 2020

Atas Nama Kompetisi

Sebuah ideologi dianut, manusia harus berkompetisi bebas, terbuka. Mereka yang mampu memberikan barang dan jasa secara optimal akan mendapatkan hati di pasar, sementara yang memang gak berkualitas akan kalah.

Ideologi meyakini bahwa kompetisi akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Setiap orang akan berlomba-lomba memberikan yang terbaik ke ekosistem.

Konsep harta bagi rata hanya membuat manusia malas. Atau konsep bahwa setiap orang harus dijaga kebutuhan hidup dasarnya hanya membuat persaingan melemah. Kualitas hidup manusia menurun.

Seakan-akan ideologi ini benar. Kalo dijelaskan oleh para ahli akan bikin kita ngangguk-ngangguk, padahal sejatinya kompetisi fair itu tidak ada. Melepas semua anggota masyarakat pada kompetisi alam bebas hanya akan menghasilkan kalangan miskin akut.

Seorang anak muda yang lahir di keluarga yang miskin, dalam kondisi serba kekurangan, asupan protein kurang, perkembangan otak tidak optimal, lingkungan marginal bikin mental jadi inferior,  mereka ini harus bertarung terbuka dengan anak muda dari keluarga "The Have".

Cukup, tidak perlu dijelaskan endingnya. Jangan silau sama film dan biografi satu dua orang anak miskin yang berhasil, itu pencilan, bukan sistem mekanisme yang bisa diterapkan semua anak muda dari keluarga miskin.

Maka semua dari kita perlu membangun kompetisi yang fair.

Oke, semua orang minimal bisa makan terlebih dahulu. Semua generasi produktif bisa dapat pendidikan yang layak terlebih dahulu. Minimal itu. Lalu kemudian silakan bertarung bebas.

Itulah ZAKAT. Menarik paksa 2,5% dari kekayaan lancar yang berjalan efektif 1 tahun, menarik sebagian ternak dan hasil panen bahan pokok, untuk kemudian menjadi stok bantuan agar masyarakat miskin bisa hidup dalam garis kebutuhan dasarnya.

Itulah Islam. Mempersilakan kompetisi pasar terbuka, namun menjaga sendi dasar basis persaingan.

Hari ini saudara kita makan saja susah, gizi kurang, lalu berani-beraninya Anda bicara tentang kompetisi bebas, lalu memvonis mereka yang miskin adalah yang malas dan tidak kompeten?

Mari gunakan fikiran yang disirami iman. Bukan fikiran yang diselimuti setan.

Ustadz Rendy Saputra
Share: