Showing posts with label Muamalah. Show all posts
Showing posts with label Muamalah. Show all posts

Saturday 25 July 2020

Atas Nama Kompetisi

Sebuah ideologi dianut, manusia harus berkompetisi bebas, terbuka. Mereka yang mampu memberikan barang dan jasa secara optimal akan mendapatkan hati di pasar, sementara yang memang gak berkualitas akan kalah.

Ideologi meyakini bahwa kompetisi akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Setiap orang akan berlomba-lomba memberikan yang terbaik ke ekosistem.

Konsep harta bagi rata hanya membuat manusia malas. Atau konsep bahwa setiap orang harus dijaga kebutuhan hidup dasarnya hanya membuat persaingan melemah. Kualitas hidup manusia menurun.

Seakan-akan ideologi ini benar. Kalo dijelaskan oleh para ahli akan bikin kita ngangguk-ngangguk, padahal sejatinya kompetisi fair itu tidak ada. Melepas semua anggota masyarakat pada kompetisi alam bebas hanya akan menghasilkan kalangan miskin akut.

Seorang anak muda yang lahir di keluarga yang miskin, dalam kondisi serba kekurangan, asupan protein kurang, perkembangan otak tidak optimal, lingkungan marginal bikin mental jadi inferior,  mereka ini harus bertarung terbuka dengan anak muda dari keluarga "The Have".

Cukup, tidak perlu dijelaskan endingnya. Jangan silau sama film dan biografi satu dua orang anak miskin yang berhasil, itu pencilan, bukan sistem mekanisme yang bisa diterapkan semua anak muda dari keluarga miskin.

Maka semua dari kita perlu membangun kompetisi yang fair.

Oke, semua orang minimal bisa makan terlebih dahulu. Semua generasi produktif bisa dapat pendidikan yang layak terlebih dahulu. Minimal itu. Lalu kemudian silakan bertarung bebas.

Itulah ZAKAT. Menarik paksa 2,5% dari kekayaan lancar yang berjalan efektif 1 tahun, menarik sebagian ternak dan hasil panen bahan pokok, untuk kemudian menjadi stok bantuan agar masyarakat miskin bisa hidup dalam garis kebutuhan dasarnya.

Itulah Islam. Mempersilakan kompetisi pasar terbuka, namun menjaga sendi dasar basis persaingan.

Hari ini saudara kita makan saja susah, gizi kurang, lalu berani-beraninya Anda bicara tentang kompetisi bebas, lalu memvonis mereka yang miskin adalah yang malas dan tidak kompeten?

Mari gunakan fikiran yang disirami iman. Bukan fikiran yang diselimuti setan.

Ustadz Rendy Saputra
Share:

Thursday 5 May 2016

INGIN ADOPSI ANAK-ANAK SURIAH, TAPI BAGAIMANA CARANYA?

Bismillah, salah satu pertanyaan yang diajukan pada tim Misi Medis adalah keinginan untuk dibawakan pulang oleh-oleh berupa anak Suriah yang cantik, ganteng, mancung dan kiyut (cute) khas Arab-Eropa. Walaupun demikian, ada satu rahasia besar dari anak-anak Suriah di pengungsian! Yaitu jarang mandi, hehe..

Inginnya kami juga membawa anak-anak Suriah itu untuk diterbangkan ke tanah air, lalu kami adopsi sendiri atau dicarikan orang-orang tua asuh yang terbaik.

Tapi kendala untuk membawa satu saja bocah Suriah ke Indonesia itu betul-betul sulit. Berikut beberapa kendalanya:

1. Izin dari wali sah si anak
Betul, memang banyak anak Suriah yang kehilangan orang tuanya, tapi meski jadi yatim kan masih tetap punya ibu. Begitu pula yang kehilangan ibunya tapi masih punya ayah. Bahkan yang sudah yatim-piatu pun memiliki kakek atau paman yang merawat. nah, bagaimana bisa membawa si anak ke luar negeri jikalau tidak diizinkan oleh pihak keluarga besarnya? Susah kan..

Kemudian, misalnya keluarganya berhasil diyakinkan dan setuju memberi izin, maka yang jadi masalah selanjutnya adalah soal administrasi dan dokumen imigrasi.

2. Administrasi dan imigrasi
Dari arah mana kita bisa membawa keluar seorang anak Suriah? Tentu saja lewat Turki. Loh, bukannya banyak pengungsi Suriah bisa menuju ke Eropa keluar dari Turki dengan bebas dan mudah? Memang benar, tapi itu tujuan ke Eropa untuk mencari suaka, bisa lewat darat atau laut. Sementara membawa anak Suriah calon adopsi ke Indonesia tentu harus terbang dengan disiapkan segala dokumen resmi agar nanti bisa dilepas keluar oleh pemeriksaan imigrasi bandara Indonesia.

Seandainya anak Suriah datang ke Indonesia dengan surat pengantar badan pengungsi PBB (UNHCR) sebagai Humanitarian Refugess, maka Indonesia pun hanya bersedia menjadi tempat transit sementara dan bukan tujuan suaka, sebab Indonesia tidak meratifikasi konvensi PBB tentang pengungsi. Status Humanitarian Refugess pada umumnya pun diperlakukan sebagai "alien" atau orang-orang yang mendapat proteksi/pembatasan di negara tuan rumah. Sehingga mustahil kegiatan hukum seperti adopsi resmi bisa dilakukan.

Tapi jika mereka tadi berhasil didatangkan sebagai imigran resmi (paspor, visa, data kependudukan berhasil dilengkapi walau aspal), apakah bisa dilakukan proses adopsi? Bisa saja, tapi...

3. Aturan hukum Indonesia mengenai adopsi anak WNA
Untuk melakukan adopsi anak orang asing kepada orang tua WNI, PP no 54 Tahun 2007 memberi syarat:

a.  Memperoleh persetujuan tertulis dari pemerintah Republik Indonesia; dan

b.  Memperoleh persetujuan tertulis dari PEMERINTAH negara asal anak.

Poin a bermaksud bahwa keabsahan adopsi harus disetujui melalui proses pengadilan di Indonesia setelah semua persyaratan legal-formal terpenuhi, baik dari si anak maupun calon orang tua angkatnya.

Nah kan, poin b memberi syarat harus dapat izin dari pemerintah asal si anak. Dalam hal ini jika anak tersebut dari Suriah, maka pemerintah Indonesia akan merujuk kepada kedutaan Suriah di sini. Tentu saja di bawah pemerintahan Basyar al-Assad sebagai rezim yang masih diakui. Harus diperiksa, benarkah telah diizinkan di sana untuk mengadopsi anak Suriah ke Indonesia.

Tanpa itu semua, bisa dianggap ilegal, dan si anak akan dikembalikan ke negara asalnya melalui kedutaan Suriah (diserahkan kepada Assad).

Bagaimana? Sangat sulit bukan untuk mengadopsi bocah-bocah ini:

Karena sulit sekali (bahkan mustahil) mengadopsi dan merawat langsung putra-putri bumi Syam, maka kami memberikan alternatifnya. Kita bisa jadi orang tua "ideologis" untuk mereka, akan kita siapkan generasi baru penerus Ahlusunnah di bumi Syam melalui program pendidikan.

"Semoga suatu saat, akan ada dari mereka atau keturunannya nanti akan menjadi bagian dari huru-hara akhir zaman, akan ada yang berada di barisan Al-Mahdi ataupun Isa bin Maryam!"
Share:

Wednesday 16 March 2016

BAHAYA PEMAHAMAN PARSIAL TERHADAP ISLAM

Di antara bahaya-bahaya atas pemahaman seseorang yang parsial (tidak menyeluruh) terhadap agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman parsial terhadap Islam akan menyempitkan Islam pada sisi tertentu sehingga Islam seakan hanya agama ritual yang beku di pojok masjid. Sementara urusan sosial, ekonomi, politik dan negara dianggap tidak ada hubungannya dengan Islam.

2. Pemahaman parsial akan pojokkan sunnah Nabi hanya sekitar shalat, jenggot dan lain sebagainya. Sementara sunnah Nabi yang besar di mana Nabi tidak hanya memimpin shalat tetapi juga memimpin pasar, pasukan dan negara, itu tidak diutamakan. Akibatnya sibuk menyerang sesama muslim sekitar ritual dan tampilan saja.

3. Pemahaman parsial cendrung ekstrim. Sebab dianggap Islam sangat kecil urusanya. Dari sini muncul penyimpangan-penyimpangan dalam akidah, ibadah dan bahkan permusuhan. Sebab dari sikap ekstrim akan muncul fanatisme golongan. Akibatnya warisan ilmu Islam yang agung diabaikan begitu saja.

4. Pemahaman Islam parsial cendrung membuat definisi yang parsial. Seperti seorang buta mendefinisikan gajah. Satunya mengatakan gajah itu seperti kipas karena yang ia sentuh hanya telinganya. Satunya mengatakan gajah itu seperti tiang karena yang ia sentuh kakinya. Satunya mengatakan gajah itu seperti cemeti karena yang ia sentuh belalainya. Akhirnya saling menghakimi dan saling menyalahkan. Padahal semuanya salah.

5. Pemahaman Islam parsial tidak akan bedakan mana ushul mana furu'. Maka semua dianggap ushuul. Akibatnya yang furuiyah diserang habis. Dengan alasan tidak ada dalilnya. Dan pelaku furuiyah dianggap sesat. Padahal kaidah ushul fikih mengataka, "Laa inkaara fil mukhtalaf fiihi. Tidak boleh ada pengingkaran dalam maslaah khilafiyah."

6. Dari sini kita paham mengapa Allah berfirman, "Udkhuluu fissilmi kaafah. Masuklah Islam secara kseluruhan bukan sebagian-sebagian." Lalu berfirman, "Walaa tattabi'uu khuthwaatisy syaithan. Dan janganlah ikuti langkah-langkah syetan." Sebab setiap pemahaman  yang tidak kaffah akan  mudah dipermainkan syetan.

Semoga Allah berkahi umat ini. Ayo kita bersatu agar kita kuat!

Oleh Ustadz Dr. Amir Faishol Fath 
Share:

Sunday 13 March 2016

10 HAK PERSAUDARAAN

 Asy-Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Alu asy-Syaikh حفظه الله

▶️ Hak pertama: Seseorang mencintai saudaranya karena Allah, bukan karena sebuah tujuan duniawi.

▶️ Hak kedua: Seseorang memberi bantuan kepada saudaranya dengan harta dan jiwanya.

▶️ Hak ketiga: Seseorang menjaga kehormatan saudaranya.

Untuk menunaikan hak ketiga ini, ada beberapa bentuk:

~ Engkau diam, tidak menyebut aibnya.

~ Engkau tidak menanyainya dengan rinci.

~ Engkau menyimpan rahasia-rahasianya.

▶️ Hak keempat: Engkau menjauhi sikap buruk sangka terhadapnya.

▶️ Hak kelima: Engkau menjauhi perdebatan dengan saudara-saudaramu.

Perdebatan memiliki beberapa sebab:

~ Dia menunjukkan bahwa tidak bisa menerima (sebuah pendapat) karena memiliki sebuah sisi pandang.

~ Dia ingin membela (pendapatnya)

~ Dia tidak waspada dari penyakit-penyakit lisan

▶️ Hak keenam: Membantu saudaramu dengan lisan.

Hal ini memiliki beberapa bentuk:

~ Janganlah engkau kikir dengan lisanmu.

~ Engkau berterima kasih atas bantuannya.

~ Engkau memujinya ketika dia tidak ada bersamamu.

  Hak ketujuh: Memaafkan kesalahan/ketergelinciran.

▶️ Hak kedelapan: Merasa gembira dengan apa yang Allah limpahkan kepadanya dalam hal ilmu, agama, dan kesalehan.

▶️ Hak kesembilan: Ada ta’awun antara dirimu dan saudara-saudaramu, dalam hal kebaikan dan kesalehan

▶️ Hak kesepuluh: Ada musyawarah dan rasa kedekatan di antara orang-orang yang memiliki ukhuwah yang khusus.
Share:

Saturday 12 March 2016

Kafir yang Adil atau Muslim yang Dzalim?

Benarkah “kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang zalim.” Katanya ini perkataan Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Apa itu benar? Ini banyak disebarkan di tengah mayarakat jakarta yang sedang tegang pemilu.

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Kita perlu membedakan antara menilai status dengan menjalin kerukunan. Ada banyak term dan sudut pandang ketika seseorang hendak menilai status. Dan standar dalam masalah ini adalah bagaimana Tuhan menilai, bukan semata logika manusia. Jika semua harus dikembalikan kepada logika manusia, tidak akan ada yang baku di sana. Di samping logika itu terbatas, masing-masing logika juga memiliki standar yang berbeda.

Bagi muslim, menilai baik dan buruk, dikembalikan kepada standar wahyu yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu al-Qura dan sunah, dan bukan semata logika.

Dalam teori humanis, semua manusia dianggap sama. Karena semuanya makhluk tuhan yang punya hak hidup yang sama. Tentu saja prinsip ini sangat berbeda dengan yang diajarkan dalam islam. Dalam al-Quran, Allah mengajarkan bahwa derajat manusia berbeda-beda tergantung dari tingkat ketaqwaan mereka kepada-Nya. Allah berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Manusia yang paling mulia di hadapan Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. al-Hujurat: 13)

Karena itulah, orang muslim jelas tidak sama dengan orang kafir. Dalam al-Quran, Allah menyebut orang muslim yang beramal soleh dengan khoirul bariyah (sebaik-baik makhluk). Sementara orang non muslim disebut dengan syarrul bariyah (makhluk yang buruk).

Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ( ) إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. ( ) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. al-Bayyinah: 6-7).

Islam tidak mengajarkan rasis. Karena standarnya kembali kepada kedekatan dia kepada Tuhan, bukan kepada latar belakang suku dan ras. Siapapun yang muslim, apapun latar belakangnya, warna kulitnya, bentuk fisiknya, dst, mereka orang yang baik di hadapan Tuhannya.

Ini sangat berbeda dengan prinsip yang diajarkan dalam agama yahudi. Siapapun orang gentile dianggap hina. Maksud gentile adalah mereka yang bukan keturunan bani Israil. Sekalipun yahudi itu jahat, mereka lebih dihormati dari pada non yahudi yang baik. Karena penilaian mereka dibangun berdasarkan pemahaman rasis.

Kafir yang Adil atau Muslim yang Dzalim?

Keadilan memang landasan yang paling penting dalam sebuah pemerintahan, namun siapa bilang hanya orang kafir yang memilikinya? Kondisi yang sangat mustahil, ketika masyarakat muslim seantero jakarta kalah adil dengan 1 orang kafir. Logika mana yang bisa menjelaskan hal ini?? Kalimat ini diangkat penuh dengan muatan kepentingan.

Pernyataan bahwa “Pemimpin kafir yang adil lebihi baik dari pada pemimpin muslim yang dzalim” ini kalimat racun yang dihembuskan orang syiah untuk memberi kesempatan bagi orang kafir untuk menguasai kaum muslimin.

Kita simak pengakuan Dr. Thaha Dailami – da’i di Baghdad – Iraq, saksi sejarah Invansi Amerika ke Iraq –,

Bahwa manusia yang paling berperan dalam invansi USA di Iraq adalah orang syiah. Karena mereka punya kepentingan untuk menggusur muslim ahlus sunah.

Dalam artikelnya, Dr. Thaha Dailami menuturkan,

والملاحظ تاريخياً وواقعياً أن الشيعة – كلما هدد البلاد خطر خارجي، أوسعوا هم إلى استقدامه – يبدأون بإشاعة مقولة خطيرة، ونشرها بين الناس تنص على أن: (الكافر العادل خير من المسلم الجائر). وقد انتشرت هذه المقولة أيام التهديدات الأمريكية قبيل غزو العراق

Catatan sejarah dan realita, bahwa syi’ah – ketika negara mendapat ancaman dari luar – mereka (syiah) adalah manusia yang berusaha menyambut baik kehadirannya. Mereka awali dengan menyebarkan kalimat motivasi yang berbahaya. Mereka sebarkan di tengah masyarakat pernyataan,

الكافر العادل خير من المسلم الجائر

“Kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang dzalim.”

Mereka sebarkan pernyataan ini pada masa invansi amerika sebelum perang Iraq. (at-Tasyayyu’ wa Qabiliyah al-Isti’mar – bagian 1).

Dan ternyata ini sambungan dari sejarah syiah sejak masa silam. Sekitar tahun 656 H, bani Abbasiyah yang berdikari di Baghdad, tepatnya di masa Khalifah al-Musta’shim Billah, runtuh di tangan bangsa Mongol. Peran terbesarnya karena pengkhianatan yang dilakukan perdana menteri Ibnul Alqami, orang syiah rafidhah.

Tatkala pasukan Mongol mengepung benteng Kota Baghdad pada tanggal 12 Muharram 656 H, mulailah perdana menteri Ibnul Alqami menunjukkan pengkhianatannya. Dial orang yang pertama kali menemui pasukan Mongol, bersama keluarga, pembantu, dan pengikutnya menemui Hulaghu Khan untuk meminta perlindungan. Kemudain dia kembali ke Baghdad lalu membujuk Khalifah agar keluar bersamanya untuk menemui Hulaghu Khan dengan usulan, hasil devisa dibagi, setengah untuk Khalifah dan setengah untuk Hulaghu.

Berangkatlah Khalifah bersama para qadhi, ahli fiqh, kaum sufi, tokoh-tokoh negara, masyarakat dan petinggi-petinggi negara dengan 700 pengendara. Tatkala mereka hampir mendekati markas Hulaghu mereka ditahan oleh pasukan Mongol dan tidak diizinkan bertemu Hulaghu kecuali Khalifah bersama 17 orang saja. Mereka dengan mudah diteror, diancam, diintimidasi dan dipaksa agar menyetujui apa yang diinginkan Hulaghu.

Kemudian Khalifah kembali ke Baghdad bersama Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin ath-Thusi yang sama-sama syiah. Di bawah rasa takut dan tekanan yang hebat, Khalifah pun mengeluarkan emas, perak, perhiasan, peramata, dan barang-barang berharga lainnya yang jumlahnya sangat banyak untuk diserahkan kepada Hulaghu. Akan tetapi sebelumnya, Ibnu al-Alqami bersama bersama Nashriuddin ath-Thusi sudah membisiki Hulaghu agar tidak menerima tawaran perdamaian dari Khalifah. Mereka pun mendorong Hulaghu agar menghabisi Khalifah.

Tatkala Khalifah kembali dengan membawa barang-barang yang banyak, Hulaghu justru menginstruksikan agar mengeksekusi Khalifah. Maka pada hari Rabu tanggal 14 Shafar terbunuhlah Khalifah al-Musta’shim Billahi.

Bersamaan dengan gugurnya Khalifah, pasukan Mongol pun menyerbu masuk ke Baghdad tanpa perlawanan yang berarti. Dengan demikian, jatuhlah Baghdad di tangan pasukan Mongol. Dilaporkan bahwa jumlah orang yang tewas kala itu adalah 2 juta jiwa. Tak ada yang selamat keucali Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang meminta perlindungan kepada pasukan Mongol atau berlindung di rumah Ibnu al-Alqami serta para konglomerat yang membagi-bagikan harta mereka kepada pasukan Mongol dengan jaminan keamanan pribadi..! (https://kisahmuslim.com/)

Untuk menyambut Hulaghu Khan sebagai penguasa Baghdad yang kedua, mereka menyebarkan kaliat di atas,

الكافر العادل خير من المسلم الجائر

“Kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang dzalim.”

Yang menyebarkan motivasi ini seorang tokoh syiah bernama Ibnu Tahwus.

Dalam catatan sejarah tokoh Syiah, Ibnu Thaqthaqi dinyatakan,

أن ابن طاووس أصدر فتوى لهولاكو بتفضيل الكافر العادل على المسلم الجائر

“Bahwa Ibnu Thawus menerbitkan fatwa untuk mendukung Hulaghu Khan, dengan lebih mengedepankan orang kafir yang adil dari pada muslim yang dzalim.” (al-Fakhri fil Adab as-Sulthaniyah, hlm. 17).

Mengingat Syiah itu tukang dusta, dengan mudah mereka menyebut itu pernyataan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Meskipun sahabat Ali berlepas tangan dari semua klaim mereka. Anda bisa pelajari:

https://konsultasisyariah.com/19991-doktrin-aliran-syiah-ya…

Mengapa syiah Membantu Orang Kafir?

Anda tidak perlu heran, karena syiah, saudara Yahudi dan pembela orang kafir. Banyak pengkhianatan yang dilakukan orang syiah untuk membela orang kafir.

Ahmad Nua’imi – mantan syiah yang dieksekusi mati – membuat syair, membongkar pengkhianatan syi’ah sepanjang sejarah, (dalam kurung adalah jawabannya),

من الذي غدر بالخليفة العباسي الراضي بالله؟ البويهيون (شيعة)

Siapa yang mengkhiyanati khalifah Abbasiyah Al-Radhi billah? Kaum Buwaihy (syi’ah)

من الذي مكن للتتار دخول بغداد؟ ابن العلقمي (شيعة)

Siapa yang membuka jalan bagi bangsa Tatar masuk ke Baghdad? Ibnu Al-Alqamy (Syi’ah)

من الذي كان يزين لهولاكو سوء أعماله؟ نصير الطوسي (شيعي)

Siapa yang menganggap baik tindakan Hulagu Khan? Naseer Ath-Thusy (Syi’ah)

من الذي أعان التتار في هجومهم على الشام؟ (شيعة)

Siapa yang membantu Tatar dalam penyerbuannya ke Syam? (Syi’ah)

من الذي حالف الفرنجة ضد المسلمين؟ الفاطميون (شيعة)

Siapakah yang bersekutu dengan prancis melawan kaum muslimin? Negara Fathimiyyah (Syi’ah)

من الذي غدر بالسلطان السلجوقي؟ طغرل بك البساسيري (شيعة)

Siapa yang mengkhianati kesulthanan Seljuk Raya? Tugril Bek al-Basasiri (Orang Syi’ah)

من الذي أعان الصليبيين على الاستيلاء على بيت المقدس؟ أحمد بن عطاء (شيعة)

Siapa yang membantu kaum salib menguasai Baitul Maqdis? Ahmad bin Atha’ (Syi’ah)

من الذي دبر لقتل صلاح الدين؟ كنز الدولة (شيعة)

Siapa yang mendalangi pembunuhan Sulthan Shalahuddin Al-Ayyuby? Kanzud daulah (Syi’ah)

من الذي استقبل هولاكو بالشام؟ كمال الدين بن بدر التفليسي (شيعة)

Siapa yang menyambut kedatangan Hulagu Khan di Syam? Kamaluddin bin badr Ath-Taflisy (Syi’ah)

من الذي سرق الحجر الأسود وقتل الحجيج في الحرم؟ أبو طاهر القرمطي (شيعة)

Siapakah yang mencuri Hajar Aswad dan membantai jama’ah haji di Masjidil Haram? Abu Thahir Al-Qarmathy (Syi’ah)

من الذي ساعد محمد علي في هجومه على الشام؟ (الشيعة)

Siapa yang membantu Muhammad Aly dalam penyerangannya terhadap Syam? (Syi’ah)

من الذي ساعد نابليون في هجومه على الشام؟ (الشيعة)

Siapa yang membantu Napoleon Bonaparte dalam penyerangannya terhadap Syam? (Syi’ah)

وحديثاً….

Dan terkini

من الذي يهاجم المراكز الإسلامية باليمن؟ الحوثيون (شيعة)

Siapa yang menyerang Markaz-Markaz Islamiyah di yaman? Kaum Hutsi (Syi’ah)

من الذي بارك الغزو الأمريكي لبلاد العراق؟ السيستاني والحكيم (شيعة)

Siapa yang memberkati invasi Amerika atas Syam? As-Sistany & Al-Hakim (Syi’ah)

من الذي بارك الغزو الصليبي لبلاد أفغانستان؟ إيران (شيعة)

Siapa yang mengapresisi invasi salibis atas Afghanistan? Iran (Syi’ah)

Semoga Allah menyelamatkan kita konspirasi orang kafir dan kaum syiah. Amin.

Sumber: konsultasisyariah.com
Share:

Friday 11 March 2016

BERSIKAP ADIL DAN BIJAKSANA DALAM BERGAUL

 بسم الله الرّحمن الرّحيم

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Janganlah seorang mu’min lelaki membenci seorang wanita mu’minah. Karena, kalaupun ia tidak menyenangi suatu karakter yang ada padanya, tentu ia menyenangi karakter lain yang ada padanya” [1]

Hadits ini mengandung dua hikmah yang agung.

1. Arahan untuk bergaul dengan isteri, kerabat dekat, teman, orang yang bekerja sama dengan anda, dan semua yang ada keterkaitan dan hubungan antara anda dan dia. Yaitu, seyogianya anda tata batin anda dalam bergaul dengannya, bahwa pasti ia mempunyai cela atau kekurangan atau hal lain yang tidak anda sukai. Jika anda dapati hal yang demikian, bandingkanlah itu dengan kuatnya pertalian dan kesinambungan cinta antara anda dan dia yang wajib atau seyogianya anda bina, dengan mengingat sisi-sisi kebaikan, maksud-maksud baik yang bersifat umum atau khusus yang ada pada dirinya. Dengan menutup mata dari sisi-sisi keburukkan dan memandang sisi kebaikan, persahabatan dan tali hubungan akan langgeng dan ketenteraman batin akan terwujud bagi anda.

2. Yaitu hilangnya kegelisahan maupun keguncangan,langgengnya ketulusan cinta, keberlanjutan menunaikan tuntunan bergaul yang bersifat wajib maupun sunnah, dan terwujudnya ketentraman batin antara kedua belah pihak.

Baransiapa yang tidak mengambil pelajaran dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, tetapi bahkan ia melakukan sebaliknya, yaitu dengan memperhatikan sisi-sisi keburukan dan membutakan mata dari melihat sisi-sisi kebaikan, maka pasti ia akan guncang dan gelisah, dan pasti tidaklah mulus cinta yang ada antara dia dan orang yang sudah terjalin hubungan dengannya. Disamping itu, sejumlah hak maupun kewajiban yang harus dipelihara oleh masing-masing dari keduanyapun akan putus.

Banyak tokoh atau pahlawan yang mampu menguatkan hatinya untuk sabar dan tenang saat terjadinya bencana atau malapetaka besar. Namun, di saat menghadapi perkara-perkara remeh dan sederhana, maka justeru guncang, dan kepolosan hatinya tidak jernih lagi. Sebabnya adalah karena mereka dapat menguatkan hati dalam menghadapi perkara-perkara besar,namun saat menghadapi perkara-perkara kecil, justeru mereka biarkan diri mereka tanpa kontrol, sehingga membahayakan mereka dan berefek buruk pada ketenangan mereka.

Orang yang berkepribadian kokoh mampu menguatkan hatinya untuk menghadapi perkara kecil maupun besar. Ia memohon pertolongan Allah untuk menghadapinya dan memohon agar Allah tidak menitipkan dirinya kepada dirinya walau sekejap mata. Maka, di saat itulah perkara kecil menjadi mudah baginya, sebagaimana perkara besar pun menjadi mudah. Dan, ia tetap berjiwa tenteram dan berhati tenang dan nyaman.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ  ۙ
=================================
Sumber : [Disalin dari kitab Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa'idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penulis Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma'ruf, Diterbitkan Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
_________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab Ar-Radha bab Al-Washiyyah bin Nisa'
Share: