Showing posts with label Khilafah. Show all posts
Showing posts with label Khilafah. Show all posts

Saturday 26 March 2016

Keluarga Kesatria

Oleh Ustadz Danang Kuncoro Wicaksono

Najmuddin Ayyub, penguasa Tikrit saat itu belum menikah dalam waktu yang lama. Saudaranya yang bernama Asaduddin Syerkuh bertanya:

“Saudaraku, mengapa kamu belum menikah?”

Najmuddin menjawab, “Aku belum mendapatkan yang cocok.”

“Maukah aku lamarkan seseorang untukmu?”

“Siapa?”

“Puteri Malik Syah, anak Sultan Muhammad bin Malik Syah, Raja bani Saljuk atau putri Nidzamul Malik, dulu menteri dari para menteri agung zaman Abbasiyah.”

Najmuddin berkata, “Mereka tidak cocok untukku.”

Heranlah Asaduddin Syerkuh. Ia berkata, “Lantas, siapa yang cocok bagimu?”

Najmuddin menjawab, “Aku menginginkan istri yang salihah yang bisa menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yang dia tarbiyah dengan baik hingga jadi pemuda dan ksatria serta mampu mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin.”

Waktu itu, Baitul Maqdis dijajah oleh pasukan salib dan Najmuddin masa itu tinggal di Tikrit, Irak, yang berjarak jauh dari lokasi tersebut. Namun, hati dan pikirannya senantiasa terpaut dengan Baitul Maqdis.

Impiannya adalah menikahi istri yang salihah dan melahirkan ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke pangkuan kaum muslimin.

Asaduddin tidak terlalu heran dengan ungkapan saudaranya, ia berkata, “Di mana kamu bisa mendapatkan yang seperti ini?”

Najmuddin menjawab, “Barang siapa ikhlas niat karena Allah, akan Allah karuniakan pertolongan.”

Maka, pada suatu hari, Najmuddin duduk bersama seorang Syaikh di masjid Tikrit dan berbincang-bincang. Datanglah seorang gadis memanggil Syaikh dari balik tirai dan Syaikh tersebut minta izin Najmuddin untuk bicara dengan si gadis.

Najmuddin mendengar Syaikh berkata pada si gadis, “Kenapa kau tolak utusan yang datang ke rumahmu untuk meminangmu?”

Gadis itu menjawab, “Wahai, Syaikh. Ia adalah sebaik-baik pemuda yang punya ketampanan dan kedudukan, tetapi ia tidak cocok untukku.”

Syaikh berkata, “Siapa yang kau inginkan?”

Gadis itu menjawab, “Aku ingin seorang pemuda yang menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan darinya anak yang menjadi ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis kepada kaum muslimin. Dia cocok untukku!"

Najmuddin bagai disambar petir saat mendengar kata-kata wanita dari balik tirai itu.

Allahu Akbar! Itu kata-kata yang sama yang diucapkan Najmuddin kepada saudaranya. Sama persis dengan kata-kata yang diucapkan gadis itu kepada Syaikh.

Bagaimana mungkin ini terjadi kalau tak ada campur tangan Allah yang Maha Kuasa? Najmuddin menolak putri Sultan dan Menteri yang punya kecantikan dan kedudukan. Begitu juga gadis itu menolak pemuda yang punya kedudukan dan ketampanan.

Apa maksud ini semua? Keduanya menginginkan tangan yang bisa menggandeng ke surga dan melahirkan darinya ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis kepada kaum muslimin.

Seketika itu Najmuddin berdiri dan memanggil sang Syaikh, “Aku ingin menikah dengan gadis ini.”

Syaikh mulanya kebingungan. Namun, akhirnya beliau menjawab dengan heran, “Mengapa? Dia gadis kampung yang miskin.”

Najmuddin berkata, “Ini yang aku inginkan. Aku ingin istri salihah yang menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yang dia didik jadi ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis kepada kaum muslimin.”

Maka, menikahlah Najmuddin Ayyub dengan gadis itu.

Tak lama kemudian, lahirlah putra Najmuddin yang menjadi ksatria yang mengembalikan Baitul Maqdis ke haribaan kaum muslimin. Anak itu lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M. Namanya adalah Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi atau lebih dikenal dengan nama SHALAHUDDIN AL AYYUBI (صلاح الدین ایوبی).

Dikutip dari Talkhis Kitabush Shiyam min Syarhil Mumti’ karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin رحمه الله.

Share:

Sunday 13 March 2016

S.O.P Kemenangan Umar bin Khattab

Di batas kota Madinah di suatu lembah berhamparan pasir dan kerikil. Kali itu cuaca sedang sangat terik, angin berhembus panas menyengat. Di bawah pohon yang tidak terlalu rindang, sesosok tubuh lelah dengan raut wajah gelisah terduduk.

Dialah Amirul mukminin, Umar bin Khatab. Ia sedang menunggu berita dari seberang. Berita pasukan muslimin yg sedang pergi berjihad membela agama.

Sorot matanya tajam memandang ujung hamparan padang pasir. Dari kejauhan terlihat sesosok bayangan mendekat, semakin dekat. Ternyata ia adalah utusan muslimin yang akan mengabarkan berita kemenangan pasukan yg diutus.

Tubuh utusan itu tampak lusuh, pakainnya tidak terurus penuh debu, akan tetapi pandangan matanya bersinar penuh aura kemenangan.

Utuusan itu berkata, " Wahai Amirul Mu'minin..bergembiralah atas kemenangan muslimin..bergembiralah atas kemenangan besar dari musuh kita .."

Umar bertanya , " Kapan dimulainya pertempuran itu??"

Sang utusan menjawab, " SEBELUM waktu dhuha.."

Umar bertanya lagi, " Lalu kapan kemenangan itu diraih??"

Utusan, " SEBELUM waktu maghrib, amirul mukminin.."

Mendengar jawaban itu Umar bin Khatab menangis. Air matanya deras membasahi janggutnya. Suasanapun berubah,..

Wajah sang utusan yang tadinya penuh bahagia, kini meredup. Suaranya melemah dan berkata," Lalu apa yg terjadi wahai amirul mukminin?? Kami bawakan kabar gembira kemenangan tetapi engkau malah menangis???"

Umar menjawab, " Kenapa kemenangan itu begitu LAMBAT ??? "
(padahal kemenangan itu cukup cepat, tetapi menurut Umar itu masih terhitung lambat..)

Umar berkata, "....tidaklah kemenangan al hak melawan kebathilan itu didapatkan SEBEGITU LAMBATNYA kecuali karena DOSA DOSA yang kalian lakukan, atau karena DOSA DOSA yg telah aku lakukan.."

Umar melanjutkan, " Kita adalah kaum yang Allah berikan kemenangan BUKAN KARENA banyaknya jumlah dan perlengkapan, serta canggihnya alat tempur..

Akan tetapi kita ini adalah kaum yang pastinya Allah berikan kemenangan karena SEDIKITNYA DOSA DOSA kita dan BANYAKNYA DOSA DOSA yang dilakulan oleh musuh...

Jika dosa dosa yg kita lakukan SAMA BERATNYA dengan dosa dosa yg dilakukan musuh, maka musuh akan MENGALAHKAN kita dengan banyaknya jumlah mereka dan canggihnya peralatan perang mereka."

Dan hari ini...
Tidak perlu ditanggapi, tentang alasan kita kalah hari ini!!!
Renungankan dan pahami,

‪#‎Galerisiroh‬
Ust Maman Surahman, M.Ag
Share:

Saturday 12 March 2016

Kafir yang Adil atau Muslim yang Dzalim?

Benarkah “kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang zalim.” Katanya ini perkataan Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Apa itu benar? Ini banyak disebarkan di tengah mayarakat jakarta yang sedang tegang pemilu.

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Kita perlu membedakan antara menilai status dengan menjalin kerukunan. Ada banyak term dan sudut pandang ketika seseorang hendak menilai status. Dan standar dalam masalah ini adalah bagaimana Tuhan menilai, bukan semata logika manusia. Jika semua harus dikembalikan kepada logika manusia, tidak akan ada yang baku di sana. Di samping logika itu terbatas, masing-masing logika juga memiliki standar yang berbeda.

Bagi muslim, menilai baik dan buruk, dikembalikan kepada standar wahyu yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu al-Qura dan sunah, dan bukan semata logika.

Dalam teori humanis, semua manusia dianggap sama. Karena semuanya makhluk tuhan yang punya hak hidup yang sama. Tentu saja prinsip ini sangat berbeda dengan yang diajarkan dalam islam. Dalam al-Quran, Allah mengajarkan bahwa derajat manusia berbeda-beda tergantung dari tingkat ketaqwaan mereka kepada-Nya. Allah berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Manusia yang paling mulia di hadapan Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. al-Hujurat: 13)

Karena itulah, orang muslim jelas tidak sama dengan orang kafir. Dalam al-Quran, Allah menyebut orang muslim yang beramal soleh dengan khoirul bariyah (sebaik-baik makhluk). Sementara orang non muslim disebut dengan syarrul bariyah (makhluk yang buruk).

Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ( ) إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. ( ) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. al-Bayyinah: 6-7).

Islam tidak mengajarkan rasis. Karena standarnya kembali kepada kedekatan dia kepada Tuhan, bukan kepada latar belakang suku dan ras. Siapapun yang muslim, apapun latar belakangnya, warna kulitnya, bentuk fisiknya, dst, mereka orang yang baik di hadapan Tuhannya.

Ini sangat berbeda dengan prinsip yang diajarkan dalam agama yahudi. Siapapun orang gentile dianggap hina. Maksud gentile adalah mereka yang bukan keturunan bani Israil. Sekalipun yahudi itu jahat, mereka lebih dihormati dari pada non yahudi yang baik. Karena penilaian mereka dibangun berdasarkan pemahaman rasis.

Kafir yang Adil atau Muslim yang Dzalim?

Keadilan memang landasan yang paling penting dalam sebuah pemerintahan, namun siapa bilang hanya orang kafir yang memilikinya? Kondisi yang sangat mustahil, ketika masyarakat muslim seantero jakarta kalah adil dengan 1 orang kafir. Logika mana yang bisa menjelaskan hal ini?? Kalimat ini diangkat penuh dengan muatan kepentingan.

Pernyataan bahwa “Pemimpin kafir yang adil lebihi baik dari pada pemimpin muslim yang dzalim” ini kalimat racun yang dihembuskan orang syiah untuk memberi kesempatan bagi orang kafir untuk menguasai kaum muslimin.

Kita simak pengakuan Dr. Thaha Dailami – da’i di Baghdad – Iraq, saksi sejarah Invansi Amerika ke Iraq –,

Bahwa manusia yang paling berperan dalam invansi USA di Iraq adalah orang syiah. Karena mereka punya kepentingan untuk menggusur muslim ahlus sunah.

Dalam artikelnya, Dr. Thaha Dailami menuturkan,

والملاحظ تاريخياً وواقعياً أن الشيعة – كلما هدد البلاد خطر خارجي، أوسعوا هم إلى استقدامه – يبدأون بإشاعة مقولة خطيرة، ونشرها بين الناس تنص على أن: (الكافر العادل خير من المسلم الجائر). وقد انتشرت هذه المقولة أيام التهديدات الأمريكية قبيل غزو العراق

Catatan sejarah dan realita, bahwa syi’ah – ketika negara mendapat ancaman dari luar – mereka (syiah) adalah manusia yang berusaha menyambut baik kehadirannya. Mereka awali dengan menyebarkan kalimat motivasi yang berbahaya. Mereka sebarkan di tengah masyarakat pernyataan,

الكافر العادل خير من المسلم الجائر

“Kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang dzalim.”

Mereka sebarkan pernyataan ini pada masa invansi amerika sebelum perang Iraq. (at-Tasyayyu’ wa Qabiliyah al-Isti’mar – bagian 1).

Dan ternyata ini sambungan dari sejarah syiah sejak masa silam. Sekitar tahun 656 H, bani Abbasiyah yang berdikari di Baghdad, tepatnya di masa Khalifah al-Musta’shim Billah, runtuh di tangan bangsa Mongol. Peran terbesarnya karena pengkhianatan yang dilakukan perdana menteri Ibnul Alqami, orang syiah rafidhah.

Tatkala pasukan Mongol mengepung benteng Kota Baghdad pada tanggal 12 Muharram 656 H, mulailah perdana menteri Ibnul Alqami menunjukkan pengkhianatannya. Dial orang yang pertama kali menemui pasukan Mongol, bersama keluarga, pembantu, dan pengikutnya menemui Hulaghu Khan untuk meminta perlindungan. Kemudain dia kembali ke Baghdad lalu membujuk Khalifah agar keluar bersamanya untuk menemui Hulaghu Khan dengan usulan, hasil devisa dibagi, setengah untuk Khalifah dan setengah untuk Hulaghu.

Berangkatlah Khalifah bersama para qadhi, ahli fiqh, kaum sufi, tokoh-tokoh negara, masyarakat dan petinggi-petinggi negara dengan 700 pengendara. Tatkala mereka hampir mendekati markas Hulaghu mereka ditahan oleh pasukan Mongol dan tidak diizinkan bertemu Hulaghu kecuali Khalifah bersama 17 orang saja. Mereka dengan mudah diteror, diancam, diintimidasi dan dipaksa agar menyetujui apa yang diinginkan Hulaghu.

Kemudian Khalifah kembali ke Baghdad bersama Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin ath-Thusi yang sama-sama syiah. Di bawah rasa takut dan tekanan yang hebat, Khalifah pun mengeluarkan emas, perak, perhiasan, peramata, dan barang-barang berharga lainnya yang jumlahnya sangat banyak untuk diserahkan kepada Hulaghu. Akan tetapi sebelumnya, Ibnu al-Alqami bersama bersama Nashriuddin ath-Thusi sudah membisiki Hulaghu agar tidak menerima tawaran perdamaian dari Khalifah. Mereka pun mendorong Hulaghu agar menghabisi Khalifah.

Tatkala Khalifah kembali dengan membawa barang-barang yang banyak, Hulaghu justru menginstruksikan agar mengeksekusi Khalifah. Maka pada hari Rabu tanggal 14 Shafar terbunuhlah Khalifah al-Musta’shim Billahi.

Bersamaan dengan gugurnya Khalifah, pasukan Mongol pun menyerbu masuk ke Baghdad tanpa perlawanan yang berarti. Dengan demikian, jatuhlah Baghdad di tangan pasukan Mongol. Dilaporkan bahwa jumlah orang yang tewas kala itu adalah 2 juta jiwa. Tak ada yang selamat keucali Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang meminta perlindungan kepada pasukan Mongol atau berlindung di rumah Ibnu al-Alqami serta para konglomerat yang membagi-bagikan harta mereka kepada pasukan Mongol dengan jaminan keamanan pribadi..! (https://kisahmuslim.com/)

Untuk menyambut Hulaghu Khan sebagai penguasa Baghdad yang kedua, mereka menyebarkan kaliat di atas,

الكافر العادل خير من المسلم الجائر

“Kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang dzalim.”

Yang menyebarkan motivasi ini seorang tokoh syiah bernama Ibnu Tahwus.

Dalam catatan sejarah tokoh Syiah, Ibnu Thaqthaqi dinyatakan,

أن ابن طاووس أصدر فتوى لهولاكو بتفضيل الكافر العادل على المسلم الجائر

“Bahwa Ibnu Thawus menerbitkan fatwa untuk mendukung Hulaghu Khan, dengan lebih mengedepankan orang kafir yang adil dari pada muslim yang dzalim.” (al-Fakhri fil Adab as-Sulthaniyah, hlm. 17).

Mengingat Syiah itu tukang dusta, dengan mudah mereka menyebut itu pernyataan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Meskipun sahabat Ali berlepas tangan dari semua klaim mereka. Anda bisa pelajari:

https://konsultasisyariah.com/19991-doktrin-aliran-syiah-ya…

Mengapa syiah Membantu Orang Kafir?

Anda tidak perlu heran, karena syiah, saudara Yahudi dan pembela orang kafir. Banyak pengkhianatan yang dilakukan orang syiah untuk membela orang kafir.

Ahmad Nua’imi – mantan syiah yang dieksekusi mati – membuat syair, membongkar pengkhianatan syi’ah sepanjang sejarah, (dalam kurung adalah jawabannya),

من الذي غدر بالخليفة العباسي الراضي بالله؟ البويهيون (شيعة)

Siapa yang mengkhiyanati khalifah Abbasiyah Al-Radhi billah? Kaum Buwaihy (syi’ah)

من الذي مكن للتتار دخول بغداد؟ ابن العلقمي (شيعة)

Siapa yang membuka jalan bagi bangsa Tatar masuk ke Baghdad? Ibnu Al-Alqamy (Syi’ah)

من الذي كان يزين لهولاكو سوء أعماله؟ نصير الطوسي (شيعي)

Siapa yang menganggap baik tindakan Hulagu Khan? Naseer Ath-Thusy (Syi’ah)

من الذي أعان التتار في هجومهم على الشام؟ (شيعة)

Siapa yang membantu Tatar dalam penyerbuannya ke Syam? (Syi’ah)

من الذي حالف الفرنجة ضد المسلمين؟ الفاطميون (شيعة)

Siapakah yang bersekutu dengan prancis melawan kaum muslimin? Negara Fathimiyyah (Syi’ah)

من الذي غدر بالسلطان السلجوقي؟ طغرل بك البساسيري (شيعة)

Siapa yang mengkhianati kesulthanan Seljuk Raya? Tugril Bek al-Basasiri (Orang Syi’ah)

من الذي أعان الصليبيين على الاستيلاء على بيت المقدس؟ أحمد بن عطاء (شيعة)

Siapa yang membantu kaum salib menguasai Baitul Maqdis? Ahmad bin Atha’ (Syi’ah)

من الذي دبر لقتل صلاح الدين؟ كنز الدولة (شيعة)

Siapa yang mendalangi pembunuhan Sulthan Shalahuddin Al-Ayyuby? Kanzud daulah (Syi’ah)

من الذي استقبل هولاكو بالشام؟ كمال الدين بن بدر التفليسي (شيعة)

Siapa yang menyambut kedatangan Hulagu Khan di Syam? Kamaluddin bin badr Ath-Taflisy (Syi’ah)

من الذي سرق الحجر الأسود وقتل الحجيج في الحرم؟ أبو طاهر القرمطي (شيعة)

Siapakah yang mencuri Hajar Aswad dan membantai jama’ah haji di Masjidil Haram? Abu Thahir Al-Qarmathy (Syi’ah)

من الذي ساعد محمد علي في هجومه على الشام؟ (الشيعة)

Siapa yang membantu Muhammad Aly dalam penyerangannya terhadap Syam? (Syi’ah)

من الذي ساعد نابليون في هجومه على الشام؟ (الشيعة)

Siapa yang membantu Napoleon Bonaparte dalam penyerangannya terhadap Syam? (Syi’ah)

وحديثاً….

Dan terkini

من الذي يهاجم المراكز الإسلامية باليمن؟ الحوثيون (شيعة)

Siapa yang menyerang Markaz-Markaz Islamiyah di yaman? Kaum Hutsi (Syi’ah)

من الذي بارك الغزو الأمريكي لبلاد العراق؟ السيستاني والحكيم (شيعة)

Siapa yang memberkati invasi Amerika atas Syam? As-Sistany & Al-Hakim (Syi’ah)

من الذي بارك الغزو الصليبي لبلاد أفغانستان؟ إيران (شيعة)

Siapa yang mengapresisi invasi salibis atas Afghanistan? Iran (Syi’ah)

Semoga Allah menyelamatkan kita konspirasi orang kafir dan kaum syiah. Amin.

Sumber: konsultasisyariah.com
Share: