Monday 14 March 2016

Larangan Memandang ke Atas Ketika Sholat

Mungkin kita pernah melihat sebagian orang yang sedang mengerjakan shalat terkadang memandang ke atas, tidak melihat ke tempat sujud. Padahal perbuatan tersebut telah dilarang oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Beliau shallallahu alaihi wa sallam mengatakan:

لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَرْفَعُوْنَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي الصَّلاَةِ أَوْ لاَ تَرْجِعُ إِلَيْهِمْ.

“Hendaklah orang-orang benar-benar menyudahi mengangkat pandangan mereka ke atas langit ketika shalat, atau pandangan mereka tidak akan kembali kepada mereka.” (HR. Muslim)

Anas bin Malik radhiyaAllahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَرْفَعُوْنَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي صَلَاتِهِمْ. فَاشْتَدَّ قَوْلُهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى قَالَ: لَيَنْتَهُنَّ عَنْ ذَلِكَ أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ.

“Mengapa orang-orang itu mengangkat pandangan mereka ke langit ketika shalat.” Ucapan beliau sangat keras dalam masalah ini, sampai-sampai beliau mengatakan:” Hendaknya mereka benar-benar menyudahi hal itu atau pandangan mereka benar-benar akan disambar/diambil.” (HR. al-Bukhari)

Hadits di atas merupakan ancaman keras bagi siapa saja yang mengangkat pandangan ke atas ketika shalat. Oleh karenaitu para ulama bersepakat bahwa perbuatan tersebut dilarang. Maka  itu, siapa dari kita yang masih mengerjakannya karena belum tahu hukumnya, hendaknya ia menyudahinya, tidak mengerjakannya lagi, atau kalau tidak ...... . wa na’udzu billah min dzalik.

Adapun yang disunnahkan adalah memandang ke tempat sujud. Para sahabat berkata:

كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى طَأْطَأَ رَأْسَهُ وَرَمَى بِبَصَرِهِ نَحْوَ اْلأَرْضِ.

" Adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dahulu apabila mengerjakan shalat beliau menundukan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke bumi (bawah)." (Hadis sahih riwayat al-Baihaqi dan al-Hakim)

Ibunda kita -kaum mukminin- Aisyah radhiyaAllahu anha bertutur:

لَمَّا دَخَلَ الْكَعْبَةَ مَا خَلَفَ بَصَرُهُ مَوْضِعَ سُجُوْدِهِ حَتَّى خَرَجَ مِنْهَا.

“Ketika masuk ke Ka’bah, pandangan beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak berpindah dari tempat sujud hingga keluar darinya.” (Hadis sahih riwayat al-Baihaqi dan al-Hakim)

Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk dapat mengerjakan shalat dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Aamiin, ya Rabb.

Sumber: Majelis Ilmu ICC DAMMAM KSA, [14.03.16 11:51]
Share:

Sunday 13 March 2016

10 HAK PERSAUDARAAN

 Asy-Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Alu asy-Syaikh حفظه الله

▶️ Hak pertama: Seseorang mencintai saudaranya karena Allah, bukan karena sebuah tujuan duniawi.

▶️ Hak kedua: Seseorang memberi bantuan kepada saudaranya dengan harta dan jiwanya.

▶️ Hak ketiga: Seseorang menjaga kehormatan saudaranya.

Untuk menunaikan hak ketiga ini, ada beberapa bentuk:

~ Engkau diam, tidak menyebut aibnya.

~ Engkau tidak menanyainya dengan rinci.

~ Engkau menyimpan rahasia-rahasianya.

▶️ Hak keempat: Engkau menjauhi sikap buruk sangka terhadapnya.

▶️ Hak kelima: Engkau menjauhi perdebatan dengan saudara-saudaramu.

Perdebatan memiliki beberapa sebab:

~ Dia menunjukkan bahwa tidak bisa menerima (sebuah pendapat) karena memiliki sebuah sisi pandang.

~ Dia ingin membela (pendapatnya)

~ Dia tidak waspada dari penyakit-penyakit lisan

▶️ Hak keenam: Membantu saudaramu dengan lisan.

Hal ini memiliki beberapa bentuk:

~ Janganlah engkau kikir dengan lisanmu.

~ Engkau berterima kasih atas bantuannya.

~ Engkau memujinya ketika dia tidak ada bersamamu.

  Hak ketujuh: Memaafkan kesalahan/ketergelinciran.

▶️ Hak kedelapan: Merasa gembira dengan apa yang Allah limpahkan kepadanya dalam hal ilmu, agama, dan kesalehan.

▶️ Hak kesembilan: Ada ta’awun antara dirimu dan saudara-saudaramu, dalam hal kebaikan dan kesalehan

▶️ Hak kesepuluh: Ada musyawarah dan rasa kedekatan di antara orang-orang yang memiliki ukhuwah yang khusus.
Share:

S.O.P Kemenangan Umar bin Khattab

Di batas kota Madinah di suatu lembah berhamparan pasir dan kerikil. Kali itu cuaca sedang sangat terik, angin berhembus panas menyengat. Di bawah pohon yang tidak terlalu rindang, sesosok tubuh lelah dengan raut wajah gelisah terduduk.

Dialah Amirul mukminin, Umar bin Khatab. Ia sedang menunggu berita dari seberang. Berita pasukan muslimin yg sedang pergi berjihad membela agama.

Sorot matanya tajam memandang ujung hamparan padang pasir. Dari kejauhan terlihat sesosok bayangan mendekat, semakin dekat. Ternyata ia adalah utusan muslimin yang akan mengabarkan berita kemenangan pasukan yg diutus.

Tubuh utusan itu tampak lusuh, pakainnya tidak terurus penuh debu, akan tetapi pandangan matanya bersinar penuh aura kemenangan.

Utuusan itu berkata, " Wahai Amirul Mu'minin..bergembiralah atas kemenangan muslimin..bergembiralah atas kemenangan besar dari musuh kita .."

Umar bertanya , " Kapan dimulainya pertempuran itu??"

Sang utusan menjawab, " SEBELUM waktu dhuha.."

Umar bertanya lagi, " Lalu kapan kemenangan itu diraih??"

Utusan, " SEBELUM waktu maghrib, amirul mukminin.."

Mendengar jawaban itu Umar bin Khatab menangis. Air matanya deras membasahi janggutnya. Suasanapun berubah,..

Wajah sang utusan yang tadinya penuh bahagia, kini meredup. Suaranya melemah dan berkata," Lalu apa yg terjadi wahai amirul mukminin?? Kami bawakan kabar gembira kemenangan tetapi engkau malah menangis???"

Umar menjawab, " Kenapa kemenangan itu begitu LAMBAT ??? "
(padahal kemenangan itu cukup cepat, tetapi menurut Umar itu masih terhitung lambat..)

Umar berkata, "....tidaklah kemenangan al hak melawan kebathilan itu didapatkan SEBEGITU LAMBATNYA kecuali karena DOSA DOSA yang kalian lakukan, atau karena DOSA DOSA yg telah aku lakukan.."

Umar melanjutkan, " Kita adalah kaum yang Allah berikan kemenangan BUKAN KARENA banyaknya jumlah dan perlengkapan, serta canggihnya alat tempur..

Akan tetapi kita ini adalah kaum yang pastinya Allah berikan kemenangan karena SEDIKITNYA DOSA DOSA kita dan BANYAKNYA DOSA DOSA yang dilakulan oleh musuh...

Jika dosa dosa yg kita lakukan SAMA BERATNYA dengan dosa dosa yg dilakukan musuh, maka musuh akan MENGALAHKAN kita dengan banyaknya jumlah mereka dan canggihnya peralatan perang mereka."

Dan hari ini...
Tidak perlu ditanggapi, tentang alasan kita kalah hari ini!!!
Renungankan dan pahami,

‪#‎Galerisiroh‬
Ust Maman Surahman, M.Ag
Share:

Saturday 12 March 2016

Kafir yang Adil atau Muslim yang Dzalim?

Benarkah “kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang zalim.” Katanya ini perkataan Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Apa itu benar? Ini banyak disebarkan di tengah mayarakat jakarta yang sedang tegang pemilu.

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Kita perlu membedakan antara menilai status dengan menjalin kerukunan. Ada banyak term dan sudut pandang ketika seseorang hendak menilai status. Dan standar dalam masalah ini adalah bagaimana Tuhan menilai, bukan semata logika manusia. Jika semua harus dikembalikan kepada logika manusia, tidak akan ada yang baku di sana. Di samping logika itu terbatas, masing-masing logika juga memiliki standar yang berbeda.

Bagi muslim, menilai baik dan buruk, dikembalikan kepada standar wahyu yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu al-Qura dan sunah, dan bukan semata logika.

Dalam teori humanis, semua manusia dianggap sama. Karena semuanya makhluk tuhan yang punya hak hidup yang sama. Tentu saja prinsip ini sangat berbeda dengan yang diajarkan dalam islam. Dalam al-Quran, Allah mengajarkan bahwa derajat manusia berbeda-beda tergantung dari tingkat ketaqwaan mereka kepada-Nya. Allah berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Manusia yang paling mulia di hadapan Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. al-Hujurat: 13)

Karena itulah, orang muslim jelas tidak sama dengan orang kafir. Dalam al-Quran, Allah menyebut orang muslim yang beramal soleh dengan khoirul bariyah (sebaik-baik makhluk). Sementara orang non muslim disebut dengan syarrul bariyah (makhluk yang buruk).

Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ( ) إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. ( ) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. al-Bayyinah: 6-7).

Islam tidak mengajarkan rasis. Karena standarnya kembali kepada kedekatan dia kepada Tuhan, bukan kepada latar belakang suku dan ras. Siapapun yang muslim, apapun latar belakangnya, warna kulitnya, bentuk fisiknya, dst, mereka orang yang baik di hadapan Tuhannya.

Ini sangat berbeda dengan prinsip yang diajarkan dalam agama yahudi. Siapapun orang gentile dianggap hina. Maksud gentile adalah mereka yang bukan keturunan bani Israil. Sekalipun yahudi itu jahat, mereka lebih dihormati dari pada non yahudi yang baik. Karena penilaian mereka dibangun berdasarkan pemahaman rasis.

Kafir yang Adil atau Muslim yang Dzalim?

Keadilan memang landasan yang paling penting dalam sebuah pemerintahan, namun siapa bilang hanya orang kafir yang memilikinya? Kondisi yang sangat mustahil, ketika masyarakat muslim seantero jakarta kalah adil dengan 1 orang kafir. Logika mana yang bisa menjelaskan hal ini?? Kalimat ini diangkat penuh dengan muatan kepentingan.

Pernyataan bahwa “Pemimpin kafir yang adil lebihi baik dari pada pemimpin muslim yang dzalim” ini kalimat racun yang dihembuskan orang syiah untuk memberi kesempatan bagi orang kafir untuk menguasai kaum muslimin.

Kita simak pengakuan Dr. Thaha Dailami – da’i di Baghdad – Iraq, saksi sejarah Invansi Amerika ke Iraq –,

Bahwa manusia yang paling berperan dalam invansi USA di Iraq adalah orang syiah. Karena mereka punya kepentingan untuk menggusur muslim ahlus sunah.

Dalam artikelnya, Dr. Thaha Dailami menuturkan,

والملاحظ تاريخياً وواقعياً أن الشيعة – كلما هدد البلاد خطر خارجي، أوسعوا هم إلى استقدامه – يبدأون بإشاعة مقولة خطيرة، ونشرها بين الناس تنص على أن: (الكافر العادل خير من المسلم الجائر). وقد انتشرت هذه المقولة أيام التهديدات الأمريكية قبيل غزو العراق

Catatan sejarah dan realita, bahwa syi’ah – ketika negara mendapat ancaman dari luar – mereka (syiah) adalah manusia yang berusaha menyambut baik kehadirannya. Mereka awali dengan menyebarkan kalimat motivasi yang berbahaya. Mereka sebarkan di tengah masyarakat pernyataan,

الكافر العادل خير من المسلم الجائر

“Kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang dzalim.”

Mereka sebarkan pernyataan ini pada masa invansi amerika sebelum perang Iraq. (at-Tasyayyu’ wa Qabiliyah al-Isti’mar – bagian 1).

Dan ternyata ini sambungan dari sejarah syiah sejak masa silam. Sekitar tahun 656 H, bani Abbasiyah yang berdikari di Baghdad, tepatnya di masa Khalifah al-Musta’shim Billah, runtuh di tangan bangsa Mongol. Peran terbesarnya karena pengkhianatan yang dilakukan perdana menteri Ibnul Alqami, orang syiah rafidhah.

Tatkala pasukan Mongol mengepung benteng Kota Baghdad pada tanggal 12 Muharram 656 H, mulailah perdana menteri Ibnul Alqami menunjukkan pengkhianatannya. Dial orang yang pertama kali menemui pasukan Mongol, bersama keluarga, pembantu, dan pengikutnya menemui Hulaghu Khan untuk meminta perlindungan. Kemudain dia kembali ke Baghdad lalu membujuk Khalifah agar keluar bersamanya untuk menemui Hulaghu Khan dengan usulan, hasil devisa dibagi, setengah untuk Khalifah dan setengah untuk Hulaghu.

Berangkatlah Khalifah bersama para qadhi, ahli fiqh, kaum sufi, tokoh-tokoh negara, masyarakat dan petinggi-petinggi negara dengan 700 pengendara. Tatkala mereka hampir mendekati markas Hulaghu mereka ditahan oleh pasukan Mongol dan tidak diizinkan bertemu Hulaghu kecuali Khalifah bersama 17 orang saja. Mereka dengan mudah diteror, diancam, diintimidasi dan dipaksa agar menyetujui apa yang diinginkan Hulaghu.

Kemudian Khalifah kembali ke Baghdad bersama Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin ath-Thusi yang sama-sama syiah. Di bawah rasa takut dan tekanan yang hebat, Khalifah pun mengeluarkan emas, perak, perhiasan, peramata, dan barang-barang berharga lainnya yang jumlahnya sangat banyak untuk diserahkan kepada Hulaghu. Akan tetapi sebelumnya, Ibnu al-Alqami bersama bersama Nashriuddin ath-Thusi sudah membisiki Hulaghu agar tidak menerima tawaran perdamaian dari Khalifah. Mereka pun mendorong Hulaghu agar menghabisi Khalifah.

Tatkala Khalifah kembali dengan membawa barang-barang yang banyak, Hulaghu justru menginstruksikan agar mengeksekusi Khalifah. Maka pada hari Rabu tanggal 14 Shafar terbunuhlah Khalifah al-Musta’shim Billahi.

Bersamaan dengan gugurnya Khalifah, pasukan Mongol pun menyerbu masuk ke Baghdad tanpa perlawanan yang berarti. Dengan demikian, jatuhlah Baghdad di tangan pasukan Mongol. Dilaporkan bahwa jumlah orang yang tewas kala itu adalah 2 juta jiwa. Tak ada yang selamat keucali Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang meminta perlindungan kepada pasukan Mongol atau berlindung di rumah Ibnu al-Alqami serta para konglomerat yang membagi-bagikan harta mereka kepada pasukan Mongol dengan jaminan keamanan pribadi..! (https://kisahmuslim.com/)

Untuk menyambut Hulaghu Khan sebagai penguasa Baghdad yang kedua, mereka menyebarkan kaliat di atas,

الكافر العادل خير من المسلم الجائر

“Kafir yang adil lebih baik dari pada muslim yang dzalim.”

Yang menyebarkan motivasi ini seorang tokoh syiah bernama Ibnu Tahwus.

Dalam catatan sejarah tokoh Syiah, Ibnu Thaqthaqi dinyatakan,

أن ابن طاووس أصدر فتوى لهولاكو بتفضيل الكافر العادل على المسلم الجائر

“Bahwa Ibnu Thawus menerbitkan fatwa untuk mendukung Hulaghu Khan, dengan lebih mengedepankan orang kafir yang adil dari pada muslim yang dzalim.” (al-Fakhri fil Adab as-Sulthaniyah, hlm. 17).

Mengingat Syiah itu tukang dusta, dengan mudah mereka menyebut itu pernyataan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Meskipun sahabat Ali berlepas tangan dari semua klaim mereka. Anda bisa pelajari:

https://konsultasisyariah.com/19991-doktrin-aliran-syiah-ya…

Mengapa syiah Membantu Orang Kafir?

Anda tidak perlu heran, karena syiah, saudara Yahudi dan pembela orang kafir. Banyak pengkhianatan yang dilakukan orang syiah untuk membela orang kafir.

Ahmad Nua’imi – mantan syiah yang dieksekusi mati – membuat syair, membongkar pengkhianatan syi’ah sepanjang sejarah, (dalam kurung adalah jawabannya),

من الذي غدر بالخليفة العباسي الراضي بالله؟ البويهيون (شيعة)

Siapa yang mengkhiyanati khalifah Abbasiyah Al-Radhi billah? Kaum Buwaihy (syi’ah)

من الذي مكن للتتار دخول بغداد؟ ابن العلقمي (شيعة)

Siapa yang membuka jalan bagi bangsa Tatar masuk ke Baghdad? Ibnu Al-Alqamy (Syi’ah)

من الذي كان يزين لهولاكو سوء أعماله؟ نصير الطوسي (شيعي)

Siapa yang menganggap baik tindakan Hulagu Khan? Naseer Ath-Thusy (Syi’ah)

من الذي أعان التتار في هجومهم على الشام؟ (شيعة)

Siapa yang membantu Tatar dalam penyerbuannya ke Syam? (Syi’ah)

من الذي حالف الفرنجة ضد المسلمين؟ الفاطميون (شيعة)

Siapakah yang bersekutu dengan prancis melawan kaum muslimin? Negara Fathimiyyah (Syi’ah)

من الذي غدر بالسلطان السلجوقي؟ طغرل بك البساسيري (شيعة)

Siapa yang mengkhianati kesulthanan Seljuk Raya? Tugril Bek al-Basasiri (Orang Syi’ah)

من الذي أعان الصليبيين على الاستيلاء على بيت المقدس؟ أحمد بن عطاء (شيعة)

Siapa yang membantu kaum salib menguasai Baitul Maqdis? Ahmad bin Atha’ (Syi’ah)

من الذي دبر لقتل صلاح الدين؟ كنز الدولة (شيعة)

Siapa yang mendalangi pembunuhan Sulthan Shalahuddin Al-Ayyuby? Kanzud daulah (Syi’ah)

من الذي استقبل هولاكو بالشام؟ كمال الدين بن بدر التفليسي (شيعة)

Siapa yang menyambut kedatangan Hulagu Khan di Syam? Kamaluddin bin badr Ath-Taflisy (Syi’ah)

من الذي سرق الحجر الأسود وقتل الحجيج في الحرم؟ أبو طاهر القرمطي (شيعة)

Siapakah yang mencuri Hajar Aswad dan membantai jama’ah haji di Masjidil Haram? Abu Thahir Al-Qarmathy (Syi’ah)

من الذي ساعد محمد علي في هجومه على الشام؟ (الشيعة)

Siapa yang membantu Muhammad Aly dalam penyerangannya terhadap Syam? (Syi’ah)

من الذي ساعد نابليون في هجومه على الشام؟ (الشيعة)

Siapa yang membantu Napoleon Bonaparte dalam penyerangannya terhadap Syam? (Syi’ah)

وحديثاً….

Dan terkini

من الذي يهاجم المراكز الإسلامية باليمن؟ الحوثيون (شيعة)

Siapa yang menyerang Markaz-Markaz Islamiyah di yaman? Kaum Hutsi (Syi’ah)

من الذي بارك الغزو الأمريكي لبلاد العراق؟ السيستاني والحكيم (شيعة)

Siapa yang memberkati invasi Amerika atas Syam? As-Sistany & Al-Hakim (Syi’ah)

من الذي بارك الغزو الصليبي لبلاد أفغانستان؟ إيران (شيعة)

Siapa yang mengapresisi invasi salibis atas Afghanistan? Iran (Syi’ah)

Semoga Allah menyelamatkan kita konspirasi orang kafir dan kaum syiah. Amin.

Sumber: konsultasisyariah.com
Share:

Friday 11 March 2016

BERSIKAP ADIL DAN BIJAKSANA DALAM BERGAUL

 بسم الله الرّحمن الرّحيم

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Janganlah seorang mu’min lelaki membenci seorang wanita mu’minah. Karena, kalaupun ia tidak menyenangi suatu karakter yang ada padanya, tentu ia menyenangi karakter lain yang ada padanya” [1]

Hadits ini mengandung dua hikmah yang agung.

1. Arahan untuk bergaul dengan isteri, kerabat dekat, teman, orang yang bekerja sama dengan anda, dan semua yang ada keterkaitan dan hubungan antara anda dan dia. Yaitu, seyogianya anda tata batin anda dalam bergaul dengannya, bahwa pasti ia mempunyai cela atau kekurangan atau hal lain yang tidak anda sukai. Jika anda dapati hal yang demikian, bandingkanlah itu dengan kuatnya pertalian dan kesinambungan cinta antara anda dan dia yang wajib atau seyogianya anda bina, dengan mengingat sisi-sisi kebaikan, maksud-maksud baik yang bersifat umum atau khusus yang ada pada dirinya. Dengan menutup mata dari sisi-sisi keburukkan dan memandang sisi kebaikan, persahabatan dan tali hubungan akan langgeng dan ketenteraman batin akan terwujud bagi anda.

2. Yaitu hilangnya kegelisahan maupun keguncangan,langgengnya ketulusan cinta, keberlanjutan menunaikan tuntunan bergaul yang bersifat wajib maupun sunnah, dan terwujudnya ketentraman batin antara kedua belah pihak.

Baransiapa yang tidak mengambil pelajaran dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, tetapi bahkan ia melakukan sebaliknya, yaitu dengan memperhatikan sisi-sisi keburukan dan membutakan mata dari melihat sisi-sisi kebaikan, maka pasti ia akan guncang dan gelisah, dan pasti tidaklah mulus cinta yang ada antara dia dan orang yang sudah terjalin hubungan dengannya. Disamping itu, sejumlah hak maupun kewajiban yang harus dipelihara oleh masing-masing dari keduanyapun akan putus.

Banyak tokoh atau pahlawan yang mampu menguatkan hatinya untuk sabar dan tenang saat terjadinya bencana atau malapetaka besar. Namun, di saat menghadapi perkara-perkara remeh dan sederhana, maka justeru guncang, dan kepolosan hatinya tidak jernih lagi. Sebabnya adalah karena mereka dapat menguatkan hati dalam menghadapi perkara-perkara besar,namun saat menghadapi perkara-perkara kecil, justeru mereka biarkan diri mereka tanpa kontrol, sehingga membahayakan mereka dan berefek buruk pada ketenangan mereka.

Orang yang berkepribadian kokoh mampu menguatkan hatinya untuk menghadapi perkara kecil maupun besar. Ia memohon pertolongan Allah untuk menghadapinya dan memohon agar Allah tidak menitipkan dirinya kepada dirinya walau sekejap mata. Maka, di saat itulah perkara kecil menjadi mudah baginya, sebagaimana perkara besar pun menjadi mudah. Dan, ia tetap berjiwa tenteram dan berhati tenang dan nyaman.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ  ۙ
=================================
Sumber : [Disalin dari kitab Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa'idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penulis Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma'ruf, Diterbitkan Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
_________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab Ar-Radha bab Al-Washiyyah bin Nisa'
Share:

Sunday 6 March 2016

Mumpung Engkau Masih Bisa Membahagiakannya

Muhammad bin Sirin bertutur,
Harga kurma di zaman pemerintahan Utsman mencapai 1000 dirham. Maka Usamah pun menuju ke pohon kurna miliknya lalu ia pun melobanginya lalu ia keluarkan jantung kurmanya lalu ia memberikannya kepada ibunya untuk di makan. Orang-orang pun bertanya : "Apakah yang mendorongmu melakukan hal ini?, padahal engkau tahu bahwa pohon kurma harganya mencapi 1000 dirham?"
Maka Usamah menjawab,

إِنَّ أُمِّي سَأَلَتْنِي وَلا تَسْأَلُنِي شَيْئًا أَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلا أَعْطَيْتُهَا

"Sesungguhnya ibuku meminta jantung kurma kepadaku, dan tidaklah ibuku meminta sesuatupun yang aku mampui kecuali akan aku berikan kepadanya" (Taariikh Dimasq karya Ibnu 'Asaakir)

Jika engkau masih mampu untuk memenuhi permintaan dan harapan ayah dan ibumu maka lakukanlah sebelum datang masa dimana :
- mereka meminta sesuatu yg tdk bisa engkau penuhi.
- mereka telah enggan untuk meminta lagi kepadamu karena jengkel kepadamu yang hanya bisa berjanji memberikan akan tetapi tdk memenuhi janjimu.
- mereka sudah tdk bisa lagi meminta kepadamu karena mereka berdua telah meninggal dunia.
- mereka jengkel dengan dirimu yang selalu semaksimal mungkin memenuhi permintaan istrimu, sementara untuk memenuhi permintaan orang tuamu maka sloganmu "Kalau sempat..." atau "Kalau masih ada sisa harta..."

✒️ Ustadz Firanda Andirja, MA
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Share:

Friday 4 March 2016

Sikap Seorang Muslim terhadap Para Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu'alalaihi wa Sallam

Sikap Seorang Muslim terhadap Para Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu'alalaihi wa Sallam 🍂

بسم الله الرحمن الرحيم

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ

“Janganlah kalian mencerca sahabatku, janganlah kalian mencerca sahabatku, demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, andaikan seorang dari kalian bersedekah emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai segenggam emas yang disedekahkan oleh sahabatku, tidak pula separuhnya.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu]

#Beberapa_Pelajaran:

1. Hadits yang mulia ini menunjukkan jeleknya orang-orang Syi'ah yang suka mencela dan merendahkan bahkan mengkafirkan mayoritas sahabat Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam.

➡️ Sampai dikatakan para ulama; Apabila ditanyakan kepada orang-orang kafir Yahudi; siapakah generasi terbaik kalian, pasti mereka akan menjawab para sahabat Nabi Musa 'alaihissalaam.

➡️ Demikian pula orang-orang kafir Nasrani apabila ditanya; siapakah generasi terbaik kalian, pasti mereka menjawab para sahabat (Nabi) Isa 'alaihissalaam.

➡️ Namun apabila ditanyakan kepada orang-orang Syi'ah; siapakah generasi terjelek, maka mereka akan menjawab para sahabat Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam.

2. Pada hakikatnya yang mereka cela adalah Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam sendiri, karena beliaulah yang mendidik dan membina para sahabat, dan beliau mau bersahabat dengan mereka sampai wafat, bahkan beliau memuji mereka dan dengan tegas melarang kaum muslimin mencela mereka sebagaimana dalam hadits yang mulia ini.

➡️ Bahkan lebih dari itu, yang mereka cela sesungguhnya adalah Allah subhanahu wa ta'ala, karena Dia-lah yang memilih mereka untuk menemani dan membantu Nabi-Nya yang paling mulia, mereka pun telah menunjukkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta pengorbanan yang luar biasa di jalan-Nya, hingga Allah meridhoi dan menjamin surga bagi mereka.

Sebagaimana firman-Nya,

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [At-Taubah: 100]

3. Para sahabat adalah umat terbaik, maka sudah sepatutnya mereka dijadikan teladan dalam beragama.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam pun bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِى ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kenudian generasi setelahnya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu]

Sahabat yang Mulia Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata,

من كان منكم متأسيا فليتأسى بأصحاب رسول الله فإنهم كانوا أبر هذه الأمة قلوبا وأعمقها علما وأقلها تكلفا وأقومها هديا وأحسنها حالا قوم اختارهم الله لصحبة نبيه وإقامة دينه فاعرفوا لهم فضلهم واتبعوهم في آثارهم فإنهم كانوا على الهدى المستقيم

“Barangsiapa diantara kalian yang mau meneladani maka hendaklah meneladani sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit membebani diri, paling lurus petunjuknya dan paling bagus keadaannya. Mereka adalah satu kaum yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak-jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” [Dzammut Ta’wil, hal. 32 no. 62]

Taawundakwah.com, [04.03.16 16:56]
[Forwarded from www.sofyanruray.info]
4. Diantara prinsip dasar Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang sangat agung adalah pemuliaan terhadap para sahabat Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam, tanpa berlebih-lebihan.

✅ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

وَمِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ: سَلَامَةُ قُلُوبِهِمْ وَأَلْسِنَتِهِمْ لِأَصْحَابِ مُحَمَّدٍ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Dan diantara prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah selamatnya hati dan lisan mereka terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” [Al-Aqidah Al-Washitiyyah, hal. 115 no. 250, cet. Adhwaaus Salaf Riyadh, 1420 H]

✅ Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam syarah-nya menerangkan,

“Selamatnya hati adalah tidak membenci, hasad, dengki dan marah terhadap sahabat. Adapun selamatnya lisan adalah tidak mengucapkan sesuatu yang tidak layak bagi sahabat. Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah bersih dari perbuatan tercela itu, hati mereka penuh dengan cinta, penghormatan dan pemuliaan terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” [Syarhul Aqidah Al-Washitiyyah, 2/247-248]

✅ Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata dalam kitabnya Risalah Ila Ahlil Qosim,

“Aku mencintai para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, aku hanya menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka, mendoakan keridhoan untuk mereka, memohon ampun untuk mereka, aku tidak berbicara tentang kejelekan-kejelekan mereka dan perselisihan yang terjadi diantara mereka dan aku yakini keutamaan mereka, sebagai pengamalan terhadap firman Allah ta’ala,

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Al-Hasyr: 10)." [Dinukil dari Syarhu Risalah Ila Ahlil Qosim, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah, hal. 129-130]

5. Apa Kewajiban Pemerintah terhadap Pencela Sahabat?

✅ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

من لعن أحدا من أصحاب النبى صلى الله عليه وسلم كمعاوية بن أبى سفيان وعمرو بن العاص ونحوهما ومن هو أفضل من هؤلاء كأبى موسى الأشعرى وأبى هريرة ونحوهما أو من هو أفضل من هؤلاء كطلحة والزبير وعثمان وعلى بن أبى طالب أو أبى بكر الصديق وعمر أو عائشة أم المؤمنين وغير هؤلاء من أصحاب النبى صلى الله عليه وسلم فإنه مستحق للعقوبة البليغة باتفاق أئمة الدين وتنازع العلماء هل يعاقب بالقتل أو ما دون القتل

"Barangsiapa melaknat salah seorang sahabat Nabi shallallahu'alaihi wa sallam seperti Mu'awiyah bin Abi Sufyan, 'Amr bin Al-'Ash dan selain keduanya, apalagi yang lebih afdhal dari mereka seperti Abu Musa Al-'Asy'ari, Abu Hurairah dan selain keduanya, atau yang lebih afdhal lagi dari mereka seperti Thalhah, Az-Zubair, 'Utsman dan Ali bin Abi Thalib, atau Abu Bakr Ash-Shiddiq dan Umar, atau Aisyah Ummul Mukminin dan para sahabat Nabi shallallahu'alaihi wa sallam selain mereka, maka ia pantas mendapatkan hukuman yang berat menurut kesepakatan para ulama agama Islam, hanya saja ulama berbeda pendapat apakah ia dihukum mati atau tidak sampai dihukum mati." [Majmu' Al-Fatawa, 35/58]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

💻 Sumber: http://sofyanruray.info/sikap-seorang-muslim-terhadap-para-sahabat-nabi-muhammad-shallallahualalaihi-wa-sallam/


══════ ❁✿❁ ══════


Share: