Monday 1 February 2016

Urusan Macet Karena Maksiat

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

وَمِنْهَا تَعْسِيْرُ أُمُوْرِهِ عَلَيْهِ فَلاَ يَتَوَجَّهُ لِأَمْرٍ إِلاَّ يَجِدُهُ مُغْلَقًا دُوْنَهُ أَوْ مُتَعَسِّراً عَلَيْهِ, وَهَذَا كَمَا أَنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ جَعَلَ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا, فَمَنْ عَطَّلَ التَّقْوَى جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ عُسْرًا, وَيَالله الْعَجَب كَيْفَ يَجِدُ الْعَبْدُ أَبْوَابَ الْخَيْرِ وَالْمَصَالِحِ مَسْدُوْدَةً عَنْهُ مُتَعَسِّرَةً عَلَيْهِ وَهُوَ لاَ يَعْلَمُ مِنْ أَيْنَ أَتَى

“Diantara dampak seseorang bermaksiat adalah Allah menyulitkan urusannya, maka tidaklah ia menuju suatu urusan kecuali ia mendapati urusan tsb tertutup baginya, sulit utk ditempuhnya. Hal ini sebagaimana bahwasanya barang siapa yg bertakwa kpd Allah maka Allah akan memudahkan urusannya. Barang siapa yg membuang ketakwaannya maka Allah akan menyulitkan urusannya. Sungguh mengherankan bagaimana seorang hamba mendapati pintu-pintu kebaikan & kemaslahatan telah tertutup di hadapannya & sulit baginya, lantas ia tdk tahu kenapa bisa hal ini menimpanya?!” (Al-Jawaab al-Kaafi)

Maka jika anda merasa urusan2 anda sulit & terhambat bahkan sering gagal… maka koreksilah diri anda…jgn2 pakaian ketakwaan anda mulai anda tanggalkan sedikit demi sedikit.
Sebaliknya jika anda dimudahkan urusannya…bahkan datang rizki dari arah yg tdk di sangka2, maka smg itu semua adalah kabar baik akan pertanda ketakwaan anda. Allah berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa bertakwa kpd Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yg bertawakkal kpd Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS At-Tholaaq :2-3)

🍃 Adapun jika anda terus bermaksiat akan tetapi rizki & urusan terus lancar maka waspadalah… Jgn2 itu adalah istidroj..

✒️ Ustadz Firanda Andirja, MA
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Share:

Sunday 31 January 2016

Macam - Macam Sujud

Ulama menjelaskan bahwa sujud itu bermacam-macam. Sebagiannya disyariatkan namun ternyata ada juga sujud yang tidak disyariatkan. Berikut ini beberapa macam sujud yang kami disertai dengan penjelasan singkat berkaitan dengannya. Semoga bermanfaat.

💧 1. SUJUD DI DALAM SHALAT

Sujud di dalam shalat merupakan salah satu dari gerakan shalat yang tidak akan sah suatu shalat kecuali dengan adanya sujud tersebut -kecuali shalat jenazah yang memang tidak disyariatkan padanya sujud-. Sujud tersebut merupakan salah satu rukun shalat, di mana bila ada salah satu dari rukun tersebut yang ditinggalkan, maka tidak akan sah shalat yang dilakukan.

💧 2. SUJUD SAHWI

Sujud sahwi termasuk salah satu sujud yang disyariatkan. Sujud tersebut dilakukan karena seseorang lupa di dalam shalatnya, sehingga terjadi kekurangan, kelebihan atau ada keragu-raguan. Sujud tersebut ada yang disyariatkan untuk dikerjakan sebelum salam, sebagaimana ada pula yang disyariatkan untuk dikerjakan setelah salam, sesuai dengan bentuk kesalahan yang ada.

Bacaan sujud sahwi sama dengan bacaan ketika sujud di dalam shalat. Adapun doa masyhur berikut:

سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنَامُ وَلاَ يَسْهُوْ.

“Segala puji bagi Allah yang tidak tidur lagi tidak lalai,” maka al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan bahwa bacaan tersebut tidak ada dasarnya di dalam Syariat Islam. [https://islamqa.info/ar/39399]

💧 3. SUJUD TILAWAH

Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika membaca ayat-ayat sajdah. Sebagian ulama menyebutkan bahwa ayat-ayat tersebut ada pada 15 tempat di dalam al-Qur’an. Berikut perinciannya: surat al-A’raf: 206,  ar-Ra'du: 15, an-Nahl: 49, al-Israa’: 107, Maryam: 58, al-Haj: 18 & 77, al-Furqan: 60, an-Naml: 25, as-Sajdah: 15, Shaad: 24, Fusshilat: 37, an-Najm: 63, al-Insyiqaq: 21, al-‘Alaq: 19.

Sujud tilawah hukumnya sunnah. Ia disyariatkan untuk dilakukan  di dalam atau di luar shalat. Ada beberapa sifat doa sujud tilawah, berikut ini salah satunya:

سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ.

"Telah sujud wajahku kepada Dzat yang telah menciptakannya dan membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya." (Hadis Sahih riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

💧 4. SUJUD SYUKUR

Sujud syukur disyariatkan untuk dilakukan ketika mendapatkan kenikmatan yang bersifat tiba-tiba atau ketika dihindarkan dari malapetaka.

Sujud syukur tidak diawali dengan takbir dan tidak pula diakhiri dengan salam, sebab tidak ada riwayat sahih dari Nabi yang menjelaskan hal tersebut. Tidak ada bacaan tertentu untuk sujud syukur. Ketika mengerjakan sujud ini, seorang muslim boleh memuji Allah, bersyukur kepada-Nya, berdoa atau beristighfar.

Dan yang pendapat yang kuat berkaitan dengan sujud ini, bahwa seorang muslim yang melakukannya tidak disyaratkan dalam keadaan suci, menutup aurat –sebagaimana dalam shalat-, sebagaimana tidak disyariatkan pula menghadap kiblat. Allahu a’lam.

💧 5. SUJUD SEKALI SETELAH SHALAT

Sebagian kaum muslimin ada yang mengerjakan sujud sekali setelah shalat. Sujud ini umumnya dikerjakan ketika ia akan bangkit untuk pergi. Sebagian mereka menyampaikan alasan bahwa sujud tersebut sebagai rasa syukur kepada Allah atas kenikmatan yang terus ada. Ketahuilah, ulama menjelaskan bahwa sujud semacam ini tidak ada tutunannnya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana pula tidak ada contohnya dari para sahabat mulia radhiyaAllahu anhum.

Abu Nashr al-Arghiyani rahimahullah mengatakan: “Sujud syukur sunnah dikerjakan ketika tiba-tiba mendapatkan nikmat atau terhindar dari marabahaya. Namun tidak dianjurkan untuk dikerjakan dengan alasan nikmat yang terus ada.”

Abu Syamah al-Maqdisi rahimahullah menuliskan: “Pengarang kitab at-Tatimmah menuturkan: “Sebagian orang mengerjakan sujud setelah selesai shalat seraya berdoa padanya.” Beliau melanjutkan: ”Sujud tunggal seperti ini tidak ada dasarnya, tidak ada nukilan riwayat dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan dari para sahabat beliau. Yang utama setelah shalat adalah berdoa (b

Majelis Ilmu ICC DAMMAM KSA, [27.01.16 03:37]
erzikir), dengan dasar beberapa riwayat yang ada. Allahu a’lam."

Beliau juga mengatakan: ”al-Faqih Abu Muhammad menyatakan: ‘Syariat tidak menerangkan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan sujud tunggal yang tidak ada sebabnya. Mendekatkan diri dengan ibadah itu memiliki sebab, syarat, waktu dan rukun yang tidak akan sah ibadah tersebut kecuali dengan adanya itu semua. Sebagaimana tidak ada syariat mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dengan wuquf di Arofah dan Muzdalifah, melempar Jumrah, Sai antara Safa dan Marwah tanpa adanya nusuk (haji) yang dikerjakan pada waktunya dengan sebab-sebab dan syarat-syaratnya, demikian pula tidak ada syariat mendekatkan diri kepada Allah dengan sujud tunggal –sekiranya sujud itu merupakan ibadah- melainkan dengan sebab yang benar.” [al-Baa-its ‘alaa Inkaaril-Bida’ wal-Hawaadits, hal. 167]

Dari penjelasan singkat di atas kita ketahui bahwa sujud tunggal setelah shalat tidak berdasarkan kepada dalil, padahal ibadah itu harus berdasarkan kepada dalil, baik dari al-Qur’an atau as-Sunnah (hadis).

Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk beribadah sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Repost via:

✅ Bagian Indonesia
🏠 ICC DAMMAM KSA
📅 [ 16/04/1437 H ]
============================
Berlangganan Tulisan:
🔹 Via WhatsApp +966556288679
🔹 Via Telegram @iccdammamksa
Share:

Thursday 7 August 2014

Allah Maha Esa

Allah Ta’ala itu Maha Esa. Tiada Tuhan selain Dia sendiri. Dia esa atau tunggal, baik dalam dzat, sifat, dan af’alnya. Esa dalam dzat artinya dzat-Nya tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong. Dan Allah SWT itu tidak memiliki sekutu dalam memerintah serta menguasai kerajaan alam raya semesta ini.

Hal ini ditegakan oleh firman-Nya, yang artinya: “Maha suci Tuhan. Dia adalah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Az-Zumar: 4).

Esa dalam sifat-sifat-Nya, maksudnya adalah bahwa tidak ada sesuatu atau seorang pun yang sifatnya menyerupai sifat-sifat-Nya.

Sedangkan esa af’al-Nya atau perbuatan-Nya maksudnya ialah bahwa tidak seorang pun yang selain Dia yang mempunyai perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh-Nya. Maka Allah SWT itu adalah Maha Pencipta segala sesuatu, Pembuat untuk pertama kalinya segala yang maujud. Jadi, Allah SWT adalah Mahas Esa dan Menyendiri dalam hal menciptakan, membuat, mewujudkan dan membentuk.

Bahwa Allah SWT itu Maha Esa, berdiri sendiri, tidak beranak maupun diperanakkan, ditandaskan dalam firman-Nya: “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Kemudian dalam surat Al-Baqarah ayat 163, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Juga dalam Al-Anbiyaa’ ayat 22, “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arasy dari apa yang mereka sifatkan.”

Secara logika, wujudnya alam semesta beserta isinya ini menjadi bukti/dalil bahwa Allah itu Maha Esa. Sebab, seandainya ada sekutu bagi Allah, artinya Allah lebih dari satu, maka alam semesta mustahil wujud.

Seandainya ada dua Tuhan, dan keduanya bersepakat untuk mewujudkan alam semesta, kehendak salah satu dari kedua-Nya yang terlaksana. Tidak mungkin kehendak keduanya, karena berarti akan wujud dua alam semesta. Dengan begitu, kehendak salah satu dari keduanya tidak terpenuhi. Bila kehendaknya tidak terpenuhi, maka tidak bisa disebut Tuhan. Bukan Tuhan bila kehendaknya tidak terpenuhi. Karena kita membicarakan dua dzat yang diasumsikan sama, dan tidak mungkin kehendak salah satu saja yang terlaksana, maka berarti keduanya kehendaknya tidak akan terpenuhi.

Apabila mereka membagi tugas dengan mencipta setengah bagian masiing-masing, maka keduanya tak berkuasa atas ciptaan yang lain. Yang menciptalah yang berkuasa atas ciptaannya. Dan dengan begitu keduanya tidak bisa disebut Tuhan, karena bukan Tuhan apabila kekuasaannya terbatas serta ada hal yang di luar kuasa-Nya.

Apabila keduanya berbeda pendapat dalam penciptaan alam semesta, tentu kehendak salah satu dari keduanya yang terpenuhi. Yang satu tentu kehendaknya tidak akan terpenuhi, sebab kehendak mereka berbeda dan harus ada yang terpenuhi. Yang tidak terpenuhi kehendaknya tidak bisa disebut Tuhan. Karena kita membicarakan dua dzat yang diasumsikan sama, dan tidak mungkin kehendak salah satu saja yang terlaksana, maka berarti keduanya kehendaknya tidak akan terpenuhi.

Maka seandainya Allah lebih dari satu, bersepakat atau tidak, alam semesta tidak akan wujud. Sedangkan alam semesta beserta isinya dapat kita saksikan wujudnya dengan mata kepala sendiri. Maka mustahil Allah itu berbilang (lebih dari satu). Maha Suci Allah dari berbilang dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa. (sumber:  “Risalah Tauhid”/M. Dawud Arif Khan dan “Aqidah Islam”/Sayyid Sabiq)
Share:

Thursday 24 July 2014

Al Fatihah Terbalik

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Malam itu di sebuah Pesantren Yatim-Piatu Jawa Timur datanglah seorang pengusaha untuk bersilaturahmi ke Kyai pengasuh pesantren.
Ada sebuah hajat milik pengusaha yang ingin dibagi dengan pak Kyai. Maka berlangsunglah pembicaraan antara keduanya.
“Pak Kyai, saya datang ke sini mau minta doa agar hajat saya dikabul oleh Allah Swt.” ujar si pengusaha.

“Memangnya saudara sedang punya hajat apa?” tanya pak Kyai ringan.
“Begini Pak Kyai..., saya ini punya usaha di bidang migas. Saya sedang ikut tender di Caltex Riau (sekarang perusahaan ini bernama Chevron). Doakan agar saya bisa menang tender.. .!“jelas si pengusaha.

“Mmmmm....” pak Kyai hanya bergumam tanpa sedikitpun memberi tanggapan.

Entah apa gerangan, mungkin untuk meyakinkan pak Kyai tiba-tiba si pengusaha menambahkan, “Tolong doakan saya dalam tender ini pak Kyai, insya Allah andai saya menang tender, pasti saya akan bersedekah ke pesantren ini!”

Dahi pak Kyai berkernyit mendengarnya. Raut muka beliau terlihat seperti agak tersinggung dengan pernyataan si pengusaha.

Pak Kyai sudah mengerti benar dengan watak manusia kebanyakan. Bila mereka punya hajat atau masalah, banyak sekali yang datang untuk minta doa dengan janji ini dan itu. Namun saat diberi Allah kelapangan, jarang sekali batang hidungnya terlihat di pesantren.

“ Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia dan membelakangi dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa “. (QS. 17 : 83)

Menanggapi pernyataan si pengusaha, pak Kyai yang asli Madura bertanya, “Sampeyan hapal surat Al Fatihah...?!” Si pengusaha menjawab bahwa ia hapal.

“Tolong bacakan surat Al Fatihah itu!” pinta Kyai.

“Memangnya ada apa pak Kyai, kok tiba-tiba ingin mendengar saya baca Al Fatihah?!” tanya si pengusaha.” 

“Sudah baca saja... Saya mau dengar!” tukas Kyai.

Maka sang pengusaha itu pun mulai membaca surat pertama Al Quran.

“Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi rabbil alamiin... Ar rahmaanir rahiim... Maliki yaumiddiin... Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin...”

“Sudah-sudah cukup..., Berhenti sampai di situ!” pinta pak Kyai.

Si pengusaha pun menghentikan bacaan.

“Ayat yang terakhir sampeyan baca itu mengerti tidak maksudnya?!” tanya pak Kyai.

“IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IIN..., Pak Kyai?” tanya si pengusaha menegaskan.

“Ya, yang itu!” jawab Kyai.

“Oh itu saya sudah tahu artinya... KEPADA-MU YA ALLAH KAMI MENGABDI... KEPADA-MU YA ALLAH KAMI MEMOHON PERTOLONGAN!”tandas si pengusaha.

Pak Kyai lalu berujar enteng, “Oh, rupanya masih sama Al Fatihah sampeyan dengan saya punya!”

Si pengusaha memperlihatkan raut kebingungan di wajahnya. “Maksud pak Kyai...?!” tanya si pengusaha heran.

“Saya kira Al Fatihah sampeyan sudah terbalik menjadi IYYAKA NASTA’IIN WA IYYAKA NA’BUDU!” jawab pak Kyai.

Si pengusaha malah bertambah bingung mendengar penjelasan pak Kyai, ia pun berkata, “Saya masih belum mengerti Pak Kyai!”

Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan sang pengusaha, beliau pun menjelaskan, “Tadi sampeyan bilang kalau menang tender maka sampeyan akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu mah IYYAKA NASTA’IIN WA IYYAKA NA’BUDU. Kalau Al Fatihah sampeyan gak terbalik, pasti sampeyan sedekah dulu ke pesantren ini, insya Allah pasti menang tender!

Deggg!!! Keras sekali smash sindiran menghujam jantung hati si pengusaha. Malu terasa bagi si pengusaha. Rupanya kalimat janji si pengusaha begitu mudah dipatahkan sang Kyai. Tak lama berselang, si pengusaha pun pamit pulang sebab malu.

Ba’da Zuhur esok harinya, HP pak Kyai berdering. Rupanya di seberang sana pengusaha yang tadi malam datang itu menelepon. Ada kalimat singkat yang ia ucapkan ke pak Kyai, “Mohon dicek pak Kyai, saya barusan sudah transfer ke rekening pesantren.” telepon itu pun ditutup. Sejurus kemudian pak Kyai pergi menuju bank dengan membawa buku tabungan.

Buku tabungan pak Kyai baru saja dicetak oleh teller bank. Lajur-lajur debet kredit dan saldo di buku tersebut terlihat sempit bagi jumlah yang ditransfer.

Mata pak Kyai terbelalak melihat angka yang amat panjang. Terlihat di sana ada angka 2 dan deretan angka 0 yang amat panjang. Hingga pak Kyai merasa sulit memastikan berapakah sebenarnya angka yang ditransfer oleh si pengusaha. Pak Kyai pun bertanya kepada teller bank, “Mbak, tolong bantu saya berapa dana yang ditransfer ke rekening saya ini?”

Usai melihat buku tabungan itu sang teller berujar, “Ini nilainya 200 juta, pak Kyai!”

Mendengar penuturan teller bank maka mata pak Kyai menjadi berbinar. Berulang kali ucapan hamdalah terdengar dari lisannya. Segera beliau pulang ke pesantren.

Malam itu sehabis magrib pak Kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren yatim itu.

Mereka membaca Al Quran, zikir dan doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh sang pengusaha.

Rupanya, panjang-pendek doa yang orang lain bacakan tergantung dari besar-kecil sedekah yang kita berikan, he he he…..

Arsy Allah Swt malam itu mungkin bergetar. Pintu-pintu langit mungkin terbuka. Sebab doa yang dipanjatkan oleh pak Kyai dan para santri yatim yang begitu khusyu’nya karena rasa syukur yang tak terkira.

Tidak sampai satu minggu berselang sang pengusaha menelepon pak Kyai dengan nada penuh kegirangan.

“Pak Kyai, saya ingin mengucapkan terima kasih atas doanya tempo hari. Alhamdulillah, baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai proyek yang cukup besar!!!”

Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah Swt mendengar berita gembira ini, lalu beliau bertanya, “Memangnya berapa nilai tender yang didapat?!”

Dengan cepat dan tegas pengusaha itu berkata, “Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!!!”

Subhanallah...., sebegitu cepat dan besar balasan Allah yang diterima pengusaha itu padahal yang mendoakan baru seorang Kyai dan para Santri, bagaimana kalo yang mendoakan adalah saudara-saudara kita yang teraniaya dan tertindas di Gaza – Palestina, yang lidah mereka setiap saat tidak pernah kering dari Al-Qur’an dan Zikir walau tidak ada sedikitpun sedekah yang menghampirinya.


Waallohua’lam ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Share: